Selasa, 02 Desember 2008

Kisah Riset Belalang

Ada seorang peneliti muda yang masih junior tapi amat bersemangat tengah
mencoba meneliti seekor belalang. Ia ingin melihat reaksi belalang terhadap suatu
teriakan perintah untuk meloncat.

Tahap satu:
• Belalang ditaruh di meja, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di
belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
• Ternyata belalang meloncat sejauh 2 meter.
Tahap dua:
• Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki
depan, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang belalang
itu sambil teriak “Loncat!”.
• Ternyata belalang meloncat sejauh 1,5 meter.
Tahap tiga:
• Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki
depannya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang
belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
• Ternyata belalang meloncat sejauh 1 meter.
Tahap empat:
• Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki
tengah lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang
belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
• Ternyata belalang meloncat sejauh 45 centimeter.
Tahap lima:
• Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki
tengah sebelahnya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di
belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
• Ternyata belalang meloncat sejauh 30 centimeter.
Tahap enam:
• Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki
belakangnya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di belakang
belalang itu sambil teriak “Loncat!”.
• Ternyata belalang meloncat sejauh 10 centimeter
Tahap tujuh:
• Belalang tersebut diambil lagi lantas ditaruh di meja, dipatahkan 1 kaki
belakangnya satunya lagi, kemudian tangannya menggebrak meja tepat di
belakang belalang itu sambil teriak “Loncat!”
• Ternyata belalang itu diam tidak meloncat.
Kesimpulan:
Belalang menjadi tuli saat semua kakinya dipotong!
Moral Cerita:
Kita harus pandai-pandai dalam membaca bahasa tubuh disebabkan oleh apa.
Benarkah analisa tersebut??? Silahkan anda berpikir....
Source: UNICEF

Tidak ada komentar: